Tuesday, July 11, 2017

Tugas RO 4 "Dinamic Programming (multistage programming)"

Multi Stage Programming
A. Ciri-ciri
1. Memecahkan persoalan menjadi bagian yang lebih kecil.
2. Keputusan pada satu tahap mempengaruhi keputusan tahap berikutnya.

B. Pendekatan Dinamic Programming
1. Forward (maju)
2. Backward (mundur)

C. Penerapan Program Dinamis
1. Masalah Rute Terpendek
2. Masalah Alokasi
3. Masalah Muatan (cargo-loading)
4. Masalah Capital Budgeting
5. Masalah Pengendalian Persediaan
Pada postingan ini kita akan membahas permasalahan pada Capital Budgeting dan Pengendalian Persediaan.

Masalah Capital Budgeting
1. Pengertian Capital Budgeting
    Modal (capital) menunjukkan aktivas tetap yang digunakan untuk produksi, sedangkan anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yang memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yang akan datang. Kemudian anggaran modal (capital budget) adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap dan penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses yang menyeluruh dari analisis proyek dan keputusan yang berkaitan dengan anggaran modal.
     Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap adalah juga dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh kembali dana yang diinvestasikan tersebut seperti halnya pada investasi aktivas lancar. Perbedaannya terletak pada jangka waktu dan kembalinya dana yang diinvestasikan dalam kedua gololngan aktiva tersebut. Batas satu tahun tersebut tidaklah mutlak.
Manfaat dari penyusunan capital budgeting adalah sebagai berikut:
1). Bidang Perencanaan, yaitu merencanakan penanaman modal sendiri.
2). Bidang Koordinasi, yaitu mengkoordinasi penerimaan modal dalam kaitannya dengan:
     Ø kebutuhan pembelanjaan yaitu kebutuhan kas
     Ø pelaksanaan investasi pada berbagai aktivitas oprasional
     Ø potensi penjualan
     Ø potensi keuntungan
     Ø potensi return of investasi
3). Bidang Pengendalian, yaitu mengendalikan perubahan modal.

2. Tahap-tahap Capital Budgeting (Penganggaran Modal)
Secara konseptual tahap-tahap dalam pembuatan capital budgeting (penganggaran modal) adalah sebagai berikut:
1). Biaya proyek harus ditentukan
2). Menejemen harus memperkirakan aliran kas yang diharapkan dari proyek, termasuk nilai ahir aktiva.
3). Risiko aliran kas proyek harus diestimasi
4). Dengan mengetahui aliran kas proyek, menejemen menentukan biaya modal yang tepat untuk mendiskontokan aliran kas proyek.
5). Dengan menggunakan dasar nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva pada perusahaan.
6). Nilai sekaran (present value) aliran kas masuk yang diharapkan dengan presen value perngeluaran yang diperkirakan.

3. Metode Investasi Capital Budgeting
Ada beberapa metode dalam menilai proyek investasi atau metode untuk menyusun “ranking” usulan usulan investasi antara lain:
1). Payback Period (PP)
Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2004:208) Metode ini merupakan tehnik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan proceed yang diperoleh setiap tahun. Nilai proceed merupakan penjumlahan dari EAT.
*Ketentuan: Jika PP lebih pendek dari pada PP maximum diterima.
Jika PP lebih panjangdari pada PP maximum ditolak.
*Kelebihan metode ini, yaitu:
  a. Sangat sederhana.
  b. Hanya mempertimbangkan sampai pada waktu dimana investasi bisa diterima kembali.
*Kelemahan metode ini, yaitu:
  a. Diabaikanya nilai waktu uang.
  b. Diabaikanya aliran kas setelah Payback Period.
2). Average rate of Return (ARR)
Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2004:208) menyatakan bahwa ARR adalah metode untuk mengukur berapa tingkatkeuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi jangka panjang yang dipergunakan adalah laba setelah pajak (EAT) dibandingkan dengan average investasi (rata-rata investasi).
*Ketentuan: Jika ARR lebih besar dari pada minimum ARR diterima.
Jika ARR lebih kecil dari pada minimum ARR ditolak.
*Kelebihan metode ini, yaitu:
  a. Metode ini telah memperhitungkan penerimaan selama umur proyek investasi.
*Kelemahan metode ini, yaitu:
  a. Tidak memperhatikan nilai waktu dari pada uang.
  b. Dipengaruhi oleh penggunaan metode depresiasi
  c. Metode ini tidak dapat diterapkan apabila investasi dilakukan dalam beberapa tahap.
3). Net Present Value (NPV)
Menurut Bambang Riyanto (2005) menyatakan bahwa metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa mendatang.
*Ketentuan: Jika NPV > 1 berarti diterima.
Jika NPV < 1 berarti tidak diterima.
*Kelebihan metode ini, yaitu:
  a. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang.
  b. Didalam present value semua aliran kas selama umur investasi diperhitungkan.
*Kelemahan metode ini, yaitu:
  a. Membutuhkan perhitungan yang baik dalam menentukan tingkat bunganya.
  b. Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama modal yangditanamkan didalamnya nilai dalam rupiah tidak dapat dipakai sebagai pedoman.
4). Internal Rate Return (IRR)
Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2004:210) bahwa IRR adalah metode untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai present value penerimaan cash dengan present value investasi. *Ketentuan: Jika IRR > COC berarti diterima.
Jika IRR < COC berarti ditolak.
*Kelebihan metode ini, yaitu:
   a. Memperhitungkan nilai waktu uang.
   b. Secara konseptual didalam lebih baik dibanding Payback Period.
   c. Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek.
*Kelemahan metode ini, yaitu:
   a. Sering menghasilkan lebih dari satu tingkat bunga.
   b. Tidak membedakan proyek yang mempunyai ukuran tingkat bunga yang berbeda.
5). Profitabilty Index (PI)
Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2004:211) bahwa metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa mendatang dengan nilai sekarang investasi.
*Ketentuan: Jika PI > 1 diterima.
Jika PI < 1 ditolak.

Contoh soal dari capital budgeting:
PT. ABC berniat membangun sebuah ruko, dengan investasi awal Rp 1.500.000.000, menginginkan tingkat pengembalian 10% (required rate of return). berikut adalah arus kas bersih yang diperkirakan akan diterima dari pembangunan ruko:
screenshot_2017-07-10-00-49-22.png
Hitunglah menggunakan metode payback period dan net present value.
1. Payback Period
Screenshot_2017-07-10-00-43-10
Payback period terjadi setelah tahun ke 2, tetapi seelum tahun ke 3 berakhir, jadi:
Payback period = 2 tahun + (400.000.000/800.000.000) x 1 tahun
= 2 tahun + 0,5 tahun
= 2,5 tahun
2. Net Present Value (NPV)
Uang memiliki dimensi nilai waktu (time value of money), misal uang yang kita terima Rp1.000.000 sekarang tidak akan sama dengan satu tahun kemudian, hal ini terjadi Karena konsep buga majemuk dan inflasi. Dalam metode ini seluruh arus kas bersih yang diterim akan dihitung saat investasi awal dikeluarkan dengan mgnggunakan disconto tertentu.
Rumus present value  =
screenshot_2017-07-10-00-43-101.png
screenshot_2017-07-10-00-43-102.png
Kegiatan dari membangun ruko memiliki NPV positif sehingga layak dijalankan, karena NPV > 0.


Masalah Pengendalian Persediaan
1. Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang. Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain. Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.

2. Tujuan Pengendalian Persediaan
a. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan bahan-bahan sehingga menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi.
b. Menjaga agar keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak besar pula.
c. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan penggantian atau biaya kehabisan bahan atau barang (stock out) relatif besar.

3. Fungsi Pengendalian Persediaan
Fungsi utama pengendalian persediaan adalah ”menyimpan” untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah atau barang jadi dari waktu ke waktu. Fungsi tersebut diatas ditentukan oleh berbagai kondisi seperti sebagai berikut:
a. Apabila jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif lama maka perusahaan perlu persediaan bahan mentah yang cukup untuk memenuh kebutuhan perusahan selama jangka waktu pengiriman
b. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar dari yang dibutuhkan.
c. Apabila pemintaan barang hanya sifatnya musiman sedangkan tingkat produksi setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan.
d. Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang atau bahan pengganti atau biaya kehabisan barang atau bahan relatif besar.

4. Metode Pengendalian Persediaan
Metode ini menggunakan matematika dan statistika sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan:
a. Jumlah pemesanan optimal (EOQ) adalah jumlah pemesanan paling ekonomis, yaitu jumlah pembelian barang yang dapat meminimalkan jumlah biaya pemeliharaan barang dari gudang dan biaya pemesanan setiap tahun
b. Titik pemesanan kembali (Reorder Point) adalah saat atau titik dimana pemesanan kembali harus diadakan sehingga kedatangan atau penerimaan bahan tepat pada waktunya dimana jumlah persediaan sama dengan safety stock Penentuan titik pemesanan kembali ini menunjukkan kepada bagian pembelian terhadap barang yang akan dibutuhkan. Hal ini ditunjukkan untuk menjaga keseimbangan persediaan serta perusahaan tidak kehabisan bahan jika sewaktu-waktu terdapat jumlah pesanan atau produk yang lebih besar jumlahnya. Pada kenyataannya ,bahan yang lebih besar jumlahnya pada kenyataan bahan yang dipesan tidak dapat dipenuhi atau tersedia karena dibutuhkan jangka waktu untuk pengiriman. Agar datangnya bahan tersebut tepat pada safety stock maa perusahaan harus melakukan pemesanan terlebih dahulu.
c. Jumlah cadangan pengaman (Safety Stock) yang diperlukan. Metode ini sering disebut metode pengendalian tradisional karena memberi dasar lahirnya metode baru yang lebih modern seperti MRP di Amerika dan Metode Kamban di Jepang. Metode pengendalian persediaan secara statistik ini hanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas dan dikelola saling tidak bergantung.

Contoh soal dari pengendalian persediaan:


Suatu perusahaan dalam proses produksinya menggunakan 10 item bahan baku. Kebutuhan persediaan selama satu tahun dan harga bahan baku per unit seperti dalam tabel berikut : 

Tabel 1. Data Item Persediaan
Item
Kebutuhan (unit/tahun)
Harga (rupiah/unit)
H – 101
H – 102
H – 103
H – 104
H – 105
H – 106
H – 107
H – 108
H – 109
H – 110
  800
3.000
   600
   800
1.000
2.400
1.800
   780
   780
1.000
     600
     100
  2.200
     550
  1.500
     250
  2.500
  1.500
12.200
     200


Untuk membagi kesepuluh jenis persediaan tesebut dalam tiga kelas A, B, C dapat dilakukan sebagai berikut :
 
Tabel 2 Klasifikasi ABC dalam Persediaan
Item
Volume tahunan (unit)
Harga per unit
 (rupiah)
Volume tahunan (ribu rp)
Nilai kumulatif (ribu rp)
Nilai kumulatif (persen)
Kelas
1
2
3
4
5
6
7
H – 109
H – 107
H – 105
H – 103
H – 108
H – 106
H – 101
H – 104
H – 102
H - 110
   780
1.800
1.000
   600
   780
2.400
   800
   800
3.000
1.000
12.200
  2.500
  1.500
  2.200
  1.500
     250
     600
     550
     100
     200
9.516
4.500
1.500
1.320
1.170
   600
   480
   440
   300
   200
9.516
14.016
15.516
16.836
18.006
18.606
19.086
19.526
19.826
20.026
47,5
70,0
77,5
84,1
89,9
92,9
95,3
97,5
99,0
100,0
A
A
B
B
B
C
C
C
C
C
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa :
1.  Kelas A memiliki volume tahunan rupiah sebesar 70,0% dari total persediaan, yang terdiri dari 2 item (20%), yaitu item H-109 dan H-107.
2.  Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 19,9% dari total persediaan, yang terdiri dari item 3 (30%) persediaan.
3.  Kelas C memiliki nilai volume tahuna rupiah sebesar 10,1% dari total persediaan, yang terdiri dari 5 item (50%) persediaan


Apabila digambarkan dalam bentuk diagram Pareto, dapat terlihat bagaimana besarnya proporsi kelas A dibandingkan kelas B dan C seperti dalam Gambar 1 :


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeB7h_PIAns4ykIsx9o1d9NpZDNSEuJgnlTInLYOUbg-z-wU0H4sJ6hIWgKQtNopB74_UAmpshVOPP1-7bgyk9oPCAlpqyXcOH79v75TCECtOwGd6QUhDqpK6Os6ly1u5Kfd6uVhrDIUF1/

Gambar 1 Grafik Distribusi Persediaan


Sumber:
http://riyatribnhidayat69.blogspot.co.id/2013/05/proposal-capital-budgeting.html
http://anisasyuauqianur.blogspot.co.id/2016/11/contoh-soal-penganggaran-modal-capital.html
http://tongke1.siblogspot.co.id/2011/02/pengendalian-persediaan.html


No comments:

Post a Comment