MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
“TINDAKAN
PRASANGKA, DISKRIMINASI & ETNOSENTRIS DIINDONESIA”
DISUSUN OLEH :
RAHAJENG NUGRAHA
PUTRI
(15315545)
KELAS 1TA07
FAKULTAS TEKNIK
SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK
SIPIL
Mata kuliah :
Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Bpk.
Emilianshah Banowo
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya penulis telah
menyusun sebaik-baiknya Makalah Ilmu Sosial Dasar, yang diberi judul tentang “Tindakan Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris
diIndonesia” yang dapat memberikan pengetahuan bagi
pembaca, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial
Dasar yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis dalam menyusun
tugas ini serta kepada semua pihak yang telah membantu .
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengaharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari
teman-teman mahasiswa dan dosen pembimbing.
Bekasi, 24
November 2015
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ..............………………………....................... i
DAFTAR ISI
…………..............…………………………………….. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
................................................................. 1
1.2 TUJUAN
PENULIS ..................................................................... 1
1.3 RUMUSAN
MASALAH ............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
...................................……................................... 2
2.2 PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI ............... 3
2.4 FAKTOR YANG MENDORONG ............................................... 5
2.5 CARA UNTUK MENGATASINYA ..................……................. 6
2.6 CONTOH PERILAKUNYA
........................................................ 7
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
............................................................................ 8
3.2
SARAN ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………….............. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya kehidupan konflik yang
terjadi pada kehidupan bermasyarakat tidak lah lepas oleh tiga hal utama ini
yaitu, prasangka, diskriminasi, dan etnosentris. Banyak sekali suatu
pertikaian/konflik yang terjadi di masyarakat terjadi karena hal ini. Sebagai
contoh seseorang menawarkan sebuah pinjaman secara
cuma-cuma terhadap orang lain. Orang lain tersebut akan memiliki suatu
prasangka apakah ini suatu bentuk penipuan atau kejahatan lainnya, atau
pinjaman itu memang benar adanya. Prasangka ini lah yang dapat menyebabkan
timbulnya suatu konflik pada masyarakat akibat dari kecurigaan seseorang
terhadap individu lainnya. Dan masih banyak contoh lainnya yang menyangkut tiga
hal diatas tadi yang menyebabkan konflik pada masyarakat.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Akibat
perbedaan itu terkadang terjadi konflik antar suku, ras, budaya, agama yang
mungkin terjadi akibat kesalah pahaman atau memenang ada yang sengaja memecah
belah, apalagi Negara Indonesia memiliki banyak ragam suku, ras, agama, dan
kebudayaan yang berbeda-beda.
1.2
TUJUAN PENULIS
Tujuan dari penulisan makalah
ini antara lain :
1.
Mengetahui
pengertian dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris
2.
Mengetahui
perilaku dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris
3.
Mengetahui cara
mengatasi dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris
1.3
RUMUSAN MASALAH
Mengingat
latar belakang yang dikemukakan dalam makalah ini, maka dapat dirumuskan
masalah yang perlu dibahas untuk mengetahui pokok pembahasan dari makalah ini :
1.
Apa
pengertian dari Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentris?
2.
Apa saja
contoh perilaku dari Prasangka,
Diskriminasi, dan Etnosentris?
3.
Bagaimana
cara mengatasi konflik dari Prasangka, Diskriminasi, dan Etnosentris?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
v PRASANGKA
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum
mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini
merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memilikiinformasi yang
relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut.
Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras.
Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak
terpengaruh oleh alasan rasional.
John E. Farley
mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori.
·
Prasangka kognitif, merujuk pada
apa yang dianggap benar.
·
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai
dan tidak disukai.
·
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana
kecenderungan seseorang dalam bertindak.
v DISKRIMINASI
Diskriminasi merujuk kepada
pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu,
di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia,
ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil
karena karakteristik suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan,
aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan
dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau
kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin,
ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang
bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Diskriminasi di tempat kerja
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam
bentuk:
·
dari struktur gaji,
·
kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang
memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa
mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat
bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara
individual. Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada
karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai
indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu
memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
v ETNOSENTRIS
Etnosentrisme adalah sikap yang menggunakan
pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur untuk menilai
kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan
budaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan
konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena
adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup
dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki
ciri khas kebudayan, yang sekaligus menjadi suatu kebanggaan mereka. Suku
bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan
norma - norma, nilai - nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayan
tersebut.
Etnosentrisme ialah suatu kecendrungan yang
menganggap nilai - nilai dan norma - norma kebudayaannya sendiri dengan suatu yang
prima, terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan
membedakannya dengan kebudayaan lain.
2.2
PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Sikap yang
negatif terhadap sesuatu, disebut Prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi
prasangka dapat juga dalam pengertian
positif. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada
suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi
seolah-olah menyatu dan tidak dapat dipisahkan.
Seseorang yang mempunyai
prasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap yang diprasangkainya.
Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar
belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang
berprasangka dapat saja berperilaku tidak diskriminatif.
Sikap
berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada
pengalaman atau aoa yang didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu
muncul dari jalan fikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul
rata sebagai sifat dari seluruh anggota kelompok sosial tertentu.
2.3
DAMPAK POSITIF dan NEGATIF
v PRASANGKA
Dampak bagi
orang yang menjadi obyek prasangka:
1.
Membentuk sikap rasial dan stereotip terhadap mereka sendiri
2.
Makin kuat seseorang menjadi bagian dari minoritas dan mengidentifikasikan
diri maka makin sensitive terhadap prasangka halus dan makin kuat bereaksi
terhadap prasangka tersebut.
Selain itu
adapula prasangka terhadap gender di mana banyak budaya yang masih menempatkan wanita
sebagai kaum minoritas. Prasangka yang dipengaruhi oleh gender ini disebut seksisme
(sexism). Seksisme ada 2 jenis:
1.
Seksisme yang penuh kebencian: pandangan
bahwa wanita, jika tidak inferior terhadap pria, memiliki banyak trait negatif
(contoh: mereka ingin diistimewakan, sanngat sensitive, atau ingin merebut
kekuasaan dari pria yang tidak seharusnya mereka miliki).
2.
Seksisme bentuk halus: pandangan
yang menyatakan bahwa wanita pantas dilindungi, lebih superior daripada pria
dalam banyak hal (contoh: mereka lebih murni dan lebih memiliki selera yang
baik). Dan sangat diperlukan untuk kebahagiaan pria (contoh: tidak ada pria
yang benar-benar bahagia kecuali ia memiliki seorang wanita yang ia puja dalam
hidupnya).
v DISKRIMINASI
1.
DAMPAK POSITIF :
a)
Memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dengan kelas
sosialnya.
b) Menumbuhkan rasa sadar diri dimana kelas social mereka
berada sehingga mereka mengetahui status dan perannya dalam suatu
organisasi masyarakat.
c) Pengkategorian ini dapat menimbulkan dan dapat memotivasi
masyarakat kelas bawah untuk berusaha naik ke kelas social yang lebih tinggi.
2.
DAMPAK NEGATIF :
a)
Adanya kesenjangan social
b)
Tidak adanya rasa saling menghargai
c)
Berkurangnya rasa nasionalisme
d)
Tidak adanya tenggang rasa
e)
Tidak adanya rasa toleransi
f)
Masyarakat tingkat atas menganggap bahwa diskriminasi
adalah sesuatu yang wajar, sehingga mereka cenderung mengulangi hal tersebut
secara terus menerus.
v ETNOSENTRIS
1. DAMPAK POSITIF :
Etnosentrisme
dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Buktinya adalah hampir
setiap individu merasa bahwa kebudayaannya adalah yang paling baik dibanding
kebudayaan lain.
2. DAMPAK NEGATIF :
Bila
suatu suku bangsa menganggap suku bangsa lain lebih rendah, maka akan
menimbulkan konflik yang bisa menjerumus kedalam kasus SARA. Selain itu dampak
negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme adalah terhambatnya proses
intregasi nasional.
2.4
FAKTOR YANG MENDORONG
v PRASANGKA dan DISKRIMINASI
1. Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat
berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah
masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro
berstatus sebagai budak.
2. Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta
kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari
usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan
wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.
3.
Bersumber dari faktor kepribadian.
4.
Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
v
ETNOSENTRIS
1. Budaya politik masyarakat yang cenderung tradisional dan tidak rasionalis.
Budaya politik masyarakat kita masih tergolong budaya politik subjektif Ikatan
emosional –dan juga ikatan-ikatan primordial- masih cenderung menguasai
masyarakat kita. Masyarakat kita terlibat dalam dunia politik dalam kerangka
kepentingan mereka yang masih mementingkan suku, etnis, agama dan
lain-lain.
2. Pluralitas Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri
dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia
ini tentu melahirkan berbagai persoalan. Setiap suku, agama, ras dan golongan
berusaha untuk memperoleh kekuasaan dan menguasai yang lain.Pertarungan
kepentingan inilah yang sering memunculkan persoalan-persoalan di daerah.
2.5
CARA UNTUK MENGATASINYA
v
PRASANGKA
1.
Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan
orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
2.
Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact
hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai
kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha
tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah
kondisi-kondisi tertentu. ii) extended contact hypothesis—sebuah pandangan
yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri
telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-groupdapat
mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
3.
Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi
ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai
anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian
dari in-group.
4.
Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka,
pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
5.
Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.
v DISKRIMINASI
1.
Belajar tidak membenci, karna dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang
lain.
2.
Mencoba berinteraksi dengan kelompok lain yang berbeda.
3.
Mengkaji ulang antara “kita” dan “mereka”. Pengkategorian ulang ini akan
menimbulkan pandangan yang berbeda dengan sebelumnya.
4.
Pelajaran multiculturalisme harus dimasukkan kedalam pendidikan nasional
dan dimulai sejak kecil.
v ETNOSENTRIS
1. Memberikan Toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan yang berbeda
dengan kebudayaan kita.
2.
Menghargai suku,agama,dan ras yang berbeda.
3.
Jika permasalahnnya karena miss
communication bisa dengan mengadakan mediasi antar kepala suku atau kepala
daerah.
4. Pemerintah harus lebih telaten dalam mengurusi masalah-masalah yang ada di
sudut-sudut Negara, jangan hanya terpaku pada ibu kota saja.
5. Pemerintah harus lebih peka dan adil dalam pembuatan peraturan-peraturan
agar tidak ada yang merasa di anak tirikan dan merasa tidak di perdulikan oleh
pemerintah.
6.
Perbaikan pada manajemen konflik agar mampu mengurangi konflik yang terjadi
antara kelompok minoritas dengan minoritas maupun antara kelompok minoritas
dengan mayoritas. Misalnya di adakan manajemen konflik pada suku dayak dan suku
Madura yang merupakan kelompok mayoritas, sehingga suku dayak tidak merasa di
diskriminasikan.
2.6
CONTOH PERILAKUNYA
v DISKRIMINASI
Anak-anak dengan disabilitas masih sering mendapat diskriminasi dan kekerasan di lingkungannya, baik di lingkungan sosial maupun di keluarga. Contohnya, berdasarkan temuan Save The Children dan IKEA Foundation di Jawa Barat saja, sebanyak 187.000 anak dengan disabilitas tidak mendapat haknya. Mereka dikurung di rumah hingga dikucilkan oleh masyarakat. Dengan begitu, tidak sedikit dari mereka yang tidak bisa mengakses pendidikan karena terhambat oleh lingkungan. Hal tersebut disampaikan oleh Project Manager Save The Children/IKEA Foundation, Wiwied Trisnadi di Jakarta, Selasa (9/12).
v ETNOSENTRIS
Perilaku carok dalam
masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa
terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal
dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan
pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal
dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep
yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena
itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat
Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas
konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat
Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya
terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak
ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Konflik
antar suku di indonesia kemungkinan masih akan terus terjadi karena
etnosentrisme diperkecil indonesia ini yang tidak dapat dihliangkan tapi
setidaknya konflik antar suku ini dapat diperkecil apabila masyarakat
Indonesia menerapkan dengan benar dalam kehidupan bermasyarakat Semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu jua kemudian
juga menerapkan ideologi persatuan dan kesatuan indonesia dengan itu
kemungkinan terjadinya konflik antar suku di indonesia sangat kecil karena
masyarakat bisa bersatu, dan saling menghargai.
3.2
SARAN
Menghargai dan menghormati antara individu satu
dengan yang lainnya dari segi suku, ras, budaya, agama yang berbeda-beda tetapi supaya Indonesia tetap
rukun, sejahtera, dan damai.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment